Monday, December 12, 2011

Berantara Cinta Physic dan Math


          Berantara cinta Physi dan Math

          Sekarang, aku mutlak menjadi mahasiswi jurusaan Fisika di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Yogyakarta. Fisika memang menjadi pilihan pertamaku saat tes seleksi masuk Perguruan Tinggi Negeri. Sebenarnya, hatiku sejak awal tulus dengan Math. Aku mulai mengaguminya memang sejak aku duduk dibangku Sekolah Dasar. Dan aku mulai benar-benar menyukainya saat aku duduk dibangku kelas dua Sekolah Menengah Pertama. Rasa suka seorang murid terhadap suatu bidang study tak lepas dari peranan guru yang membawakan pelajaran tersebut. Bu Sriyatun. Nama indah itu milik seorang raga yang aku kagumi saat SMP. Aku belum mengenal baik Physi saat itu. Ya, hanya sekedar tahu saja. Nilaiku lumayan di bidang ini. Tapi rasa cinta dalam lubuk hati tetap menuju pada Math. Ya, Mathlah segalanya bagiku saat itu. Nilaiku tak pernah mengecewakan di bidang ini. Aku semakin mengaguminya. Ya, Math. Jika tubuhku sedang tidak enak, aku cukup mengerjakan soal-soal Math, tugas Math, dan apapun tentang Math. Apa yang terjadi? Aku bisa lupa dengan rasa ssakitku. Aku bisa sembuh. Sebenarnya, itu hanya sugestiku untuk diriku sendiri lewat Math. Tapi begitulah adanya. Aku benar-benar jatuh cinta pada Math. Sekitar tiga tahun yang lalu, saat aku duduk menjadi siswa kelas tiga SMP, aku terpilih menjadi tentor sebaya untuk bidang Matematika. Bersamaku, ada Heksa, Hanny, Trengginas, dan Lauren. Ya, aku tak menyangka bisa terpilih bersama orang-orang hebat itu. Hah, pertama masuk SMP, aku hanya seorang siswa yang biasa. Malah terlihat bodoh. Gag ngerti apa-apa dibanding mereka ini. dan, saat tes masuk Sekolah Menengah Atas, aku gagal. Diantara tentor sebaya, hanya aku yang tidak diterima di SMA Negeri pilihanku. Mereka berempat? Diterima, bahkan satu kelas dan masuk kelas X-1. Orang-orang terpilih di SMA negeri itu. Bagaimana dengan aku? Aku akhirnya dipilihkan jalan oleh Allah untuk melanjutkan sekolahku di SMA swasta yang tak jauh dari SMPku terdahulu. Ya, kegagalan membuatku bangkit. Meski awalnya terpuruk karena kebodohanku, aku sadar, aku tak bisa terus membuat rasa kecewa orang tuaku bertambah. Dan kuteguhkan dalam hati AKU BISA BERPRESTASI DISINI. Itu kata-kata yang ada dalam hatiku pertama kali aku menjalan Kegitan Belajar Mengajar di SMAku.
          Aku mulai asyik menjalaninya, meski awalannya aku nampak terlihat egois. Tapi Allah menunjukkan jalan terbaiknya.
          Saat itu, ada tes seleksi TIM Olimpiade SMA. Aku bertekat untuk masuk TIM Olimpiade Matematika. Ya, ku siapkan sejak lama ini. Sejak berita ini ku dengar. Sayang sangat disayang. Aku telat. Bagaimana bisa? Ya, saat tes itu berlangsung, aku tengah menjalani rapat besar pengurus OSIS. Ya, aku baru kelas X. Tapi aku mulai jadi siswa yang sangat sibuk. OSIS, Tim Musikalisasi Puisi, Tari, dan belajar. Ya, aku telat. Aku tidak terpilih menjadi anggotanya. Akhirnya, untuk mengobati kekecewaanku, aku mengikuti seleksi TIM Olimpiade FISIKA. Sebenarnya aku mau-mau engga-engga. Tesnya. Lha wong sakjanne aku ki arep melu seleksi Math og, udu fisika. Yo, sakjanne aku ki ra mudeng fisika. Ya begitulah komentarku. Tapi, akhirnya aku jalani tes itu dengan bismillah. Dan kau tahu soal apa yang aku hadapi? Tak ada angka. Hanya ada beberapa gambar dan huruf. Aku hanya disuruh menjabarakan gaya yang ada pada gambar tersebut. Ckck. Aku jadi Cuma gambar gambar doang itu. Hihi.
          Dan dua minggu berlalu dari tes seleksi tersebut. Kala itu, aku sedang berjalan dari studio musik yang berada dilantai dua. Di simpangan jalan, aku bertemu guru fisikaku, Bapak Nasukha Z. Ia memberiku secarik kertas tentang jadwal bimbingan tim olimpiade. Wah? Aku kaget. Aku diterima. Padahal aku sudah tidak lagi berharap untuk masuk TIM itu. Ya, alhamdulillah yahJ hehe.
          Akhirnya aku mengikuti bimbingan setiap hari jumat dengan Bu Isti. Wah ibu ini hebaaaaaaaaat banget deh. Masa bisa ngerjain soal yang gag ada angka jadi ada angka? Bbayangkan ! (nada ala atik maulida) ya, aku diajarinya. Wah soal tingkat dewa diajarin ke anak bawang kayak aku? Ckck-
          Ya, aku baru sadar bahwa pelabuhan atas rasa itu adalah pada Physi. Math malah bukan jodohku. Tapi selama belajar, aku tetap setia pada Math. Aku masih menganggap Mathlah cinta sejatiku bukan Physi. Pada akhirnya saat kelas dua SMA, aku menjadi Runner UP olimpiade Fisika tingkat kabupaten. Ckck, bangga amat deh -.- maklum nih baru punya sertifikat olimpiade sains. Hhihi.
          Hari-hari berlalu aku mulai sibuk dengan hari-hariku di penghujung waktu putih abu-abu. Ya, cintaku, tujuanku tetap Math. Sampai kapanpun. Begitulah semangatku setiap akan berangkat sekolah. Membayangkan kota Jogja, dan menjadi bagian dari mahasiswa disana. yang selalu aku bayangkan adalah menjadi mahasiswa Fakultas dambaanku, MIPA. Diujung hari putih abu-abu, yakni Ujian Nasional, ya, aku bangga dengan nilaiku J nilai matematikaku 98, murni lhoo J sampai akhirnya saat SNMPTN Undangan tiba, aku memilih Universitas di Yogyakarta. Pokoknya Jogja ! begitulah semangatku kala itu. Dan tentu FMIPA tujuanku. Sayang sungguh disayang, aku gagal disini. Eits, bukan eva namanya kalo begini saja langsung murung dan kecewa. Tau apa yang aku bayangkan saat gagal disini? Allah mau lihat kemampuanku! Ya, aku semakin gaiat belajar. Belajar bersama, sendiri, bahkan On The Phone dengan temanku. Tiba saatnya aku pergi ke kota Jogja, ya aku mengambil ujian didaerah ini. Betapa yakinnya aku saat itu. Ya, sendiri. Toh, yang menjemput masa depanku kan aku sendiri, bukan orang lain.
          Pengumuman tiba, hasil SNMPTN tertulis sudah keluar. Dan aku kembali gagal. Ya tuhan, kali ini aku mengakui aku merasakan keterpurukan yang luar biasa. Kemudian ketakutan itu muncul. Ketakutan akan kegagalan aku akan segala yang aku cita-citakan. Terlebih saat itu aku kehilangan orang yang cukup memotivasiku selama di SMA dulu. Gagpapa, i know itu caranya membuatku bangkit dan semakin semangat. Sampai akhirnya semangat itu muncul kembali, Allah mau lihat kemampuanku! Ya, kata-kata itu. Teman-temanku di Bogor sana tak hentinya memotivasiku. Waktu seminggu yang aku punya untuk belajar di Seleksi Mandii Universitas Negeri Yogyakarta. Aku teguh pada Physi, entahlah. Dan, pengumuman tiba. Sampai aku dinyatakan resmi menjadi mahasiswa jurusan Fisika Universitas Negeri Yogyakarta. Ayah yang kutelpon saat itu menangis dan kemudian meminta ijin padaku untuk mematikan telpon, kok? Ayah ingin sujud syukur pada Allah J dan Ibu, ibu yang kutelpon menangis dengan suara yang hampir habis. Ini semua berkat Dhuhamu Ayah, dan Tahajudmu Ibu J dan nashat-nasihatmu yang mengingatkanku untuk sholat di kedua waktu tersebut.
          Sebulan, dua bulan berlalu, aku menikmati kehidupanku sebagai seorang mahasiswa. Rindu itu, ya. Rasa kehilangan rasa yang terus terpendam aku pakasakan menimbulkan energi baru untukkan mengerjakan soal-soal dari bapak Ibu Dosen. Caranya ampuh, aku semangat untuk soal-soal itu. Dibalik itu... ya, hanya Allah yang tahu.
          Aku fikir Math akan marah dan kesal padaku. Tapi? Aku malah semakin akarab dengannya. Soal-soal Pengantar Matematika Untuk Fisika untuk Bab kalkulus aku berhasil menaklukannya. Ternyata Math bukan jodohku. Meskipun aku akrab, kita dekat, tapi Allahlah yang punya jalannya. Sampai Physi, menyambutku dengan masa depan yang indah. Dan aku berantara cinta matha yang tulus sebagai sahabatku, dan cinta Physi yang menyambutku untuk kehidupanku penuh senyum dimasa yang akan datang. Aku bersyukur diantara kalian berdua J
Dan kini, tentor-tentor sebayaku di SMP tengah menjalani study di Universitas kebanggak mereka.
Heksa Nandaningrum       : Fisika-UGM/2011
Hanny Qudsyina     : Universitas Jendral Soedirman
Trengginas Eka Putra      : Fisika-UNJ/2011
L.Toni Mahendra    : Institut Teknologi Bandung/2011

PANDEMIC. Kapan selesainyaaa ?

 Hai. Salam Sehaaat. Sekarang 19 Agustus 2021. Sudah lewat 1 tahun lebih covid menyerang negara kita yang tenang nan bahagia. HAHA. Sadar ga...