Tuesday, October 18, 2011

simfoni hitamku II

Ketika pertama kali kuajukan surat lamaranku pada rektor kampus, aku diterima. Setelah lanjut study disertasiku rampung, aku langsung mengajukan lamaran. Dan aku langsung diterima menjadi tenaga pengajar dikampus terfavoritku. Bagaimana dngan pendamping? Aku belum menemukan pengganti untung tahta dalam relungku. Masih menahan? Wow.. Salam dan pesan setiap hari tak pernah aku lewati untuk dibcakan para penyiar itu. Berharap barangkali suatu saat, dia disana mampir dan mendengarkan walau tak sengaja. Lagi-lagi aku mengkahyal..
Aku mencari kesibukan. Profesiku sekarang membantuku sdikit untk tidak selalu mengingatnya dalam udara yg aku hirup. Dan ketika aku menjalani profesi itu, sosok ikhwan yg lain datang.. Ia adalah kakakku. Ia tetanggaku di Bogor. Dia bekerja disini juga. Di gedung dewan ia bekerja.
Ketika itu aku tengah menaiki motorku dan mampir di bank untuk menabung, disana aku bertemu lagi dengannya..
"dina ya?"
"iya, sinten?"
"lupa? Aku masmu. Mas prima."
"oh mas prima, afwan mas. Abis banyak berubah.."
"apa iya? Kamu juga.. Pangling mas.."
"bisa aja mas, mas kerja ? Disini?"
"iya, itu di gedung dpan sana. Kamu?"
"oh, aku mengajar."
"di sekolah mana?"
"oh, aku di univ sana mas.."
"wow, dosen?"
"ya itu nama lainnya.."
"yaudah, mas pamit ya? Hati hati ya Naa.."
"oh? Iya mas."
"wassalamualaykum.."
"waalaikumsalam"
Hatiku tak tersentuh jantungku tak berdegub. Padahal aku tau ia selalu menanyakan kabarku lewat ayah. Ia tak pernah menelpon. Mungkin hanya sms mengirim kabar saja. Kami memang masih berhbungan walau sdikit, tapi sekalipun kami susah bertemu. Sampai akhrnya Allah pertemukan diwaktu yg tidak sengaja. Aku harap aku, aku bisa memberi hati untuknya. Aku tau ia menunggu sejak hari itu. Hari ketika ia merendahkan dirinya dan menyatakan perasaannya. Namun aku belum menjawab. Dan mengapa ia tak menayakan lagi tadi? Mungkin ia malu. Karna memang tadi kita bertemu didepan khalayak ramai. Afwan mas, hatiku atasnya mempengaruhi pikiranku sehingga tak dpat aku berpikir untk memberi hatiku. Dan kali ini aku tak menangis. Karena aku, aku tersenyum. Ya, aku telah tersenyum. Tersenyum pedih. Karna menghadapi kenyataan bahwa aku masih mengingatnya.

simfoni hitamku

Hampir lima tahun aku tinggal disini. Dikota Jogja. Aku hidup dengan senyumku yg kulebarkan didepan mereka. Saudara serta kerabat dekatku. Setidaknya ketika aku tersenyum aku bisa melupakan sejenak segala amukan yg merunyam hatiku terdalam. Begitulah aku menahannya. Ujian Akhir sudah kujalani dengan mulus. Nilai IPku memuaskan. Alhamdulillah. Saat sidangpun berhasil aku lalui. Tepukan hebat kuperoleh dari tangan tangan hebat dosen dosenku. Bangga sekali. Aku senyum. Melihat mereka, orang tuaku. Tapi, tak dapat aku rasakan puas bahagiaku. Aku menahan segala rasa itu. Salahku. Ya, kenapa? Sudah lama aku menahan segala kagum, serta sayangku pada ikhwan di sebrang provinsi sana. Dia kakak kelasku dulu di SMA. Dia kuliah disana. Jauh, setelah aku lulus, ukhuwah kami terputus tak bersisa. Entahlah. Sebelumnya ketika aku duduk dikelas dua belas, kami masih bertemu, mengikuti pengajian bersama, walau kadang ia sibuk dengan rutinitas kampusnya. Dia ketua BEM. Terang saja.
Mungkin memang bahagiaku tak lengkap tanpa adanya. Tapi setidaknya aku harus bersyukur. Aku mungkin menyelipkan namanya dalam tiap munajatku di sujudku padaNya. Menitip pesan dan lagu, dari sini. Namun, sia saja. Ia disana, tentu saja tak aku dengar kabarnya. Atau, iapun tak mendengar kabarku. Aku menahannya. Menahan segala rasa. Untuk ikhwan disebrang sana. Selama ini hanya Dia yg tahu segala apapun tentang hatiku. Tentang tangisku. Tentang sesakku. Aku tak pernah untuk berharap dapat bersanding dengannya. Biar dia dapat segala yg terbaik untuknya. Walau kadang khayalku melambung. Membawaku terbang bermimpi dengannya. Namun, kemudian aku tampar wajahku. Sadar. Sampai penyiar radio yg biasa kutitip pesan bertanya lewat siarannya,
"oh ya, buat Dina di piyungan, gimana skripsinya? Lancar ya? Dan, bgaimana dia disana?Apa sudah menghubungimu? Sem0ga kamu bertemu dgannya lagi yaa.. Sukses untkmu dina.."
dan, seketika air mataku menetes. Sesak tertahan, tangisku tak bersua. Pedih.

PANDEMIC. Kapan selesainyaaa ?

 Hai. Salam Sehaaat. Sekarang 19 Agustus 2021. Sudah lewat 1 tahun lebih covid menyerang negara kita yang tenang nan bahagia. HAHA. Sadar ga...