Friday, July 15, 2011

bukan my loveku II


Hari ini langit cerah. Walau jarum jam yang tadi aku lihat baru menunjuk angka 5.30, gunung-gunung yang semestinya masih tertutup awan kelabu sisa tadi malam jelas terlihat di pelupuk mataku. Subhanallah. Lagi-lagi aku menggumam kata-kata yang keluar begitu aku melihat indahnya penciptaanNya. Langit masih agak gelap memang. Warna biru gelap seperti waktu senja kemarin sore, ataupun sore-sore sebelumnya. Sorot lampu motorku juga begitu mantap mengarah kesudut depan agar benda di depanku terlihat dengan sempurna. Dinginnya angin pagi kali ini mampu menembus jaket hitam tebal yang aku kenakan. Merinding aku dibuatnya. Telapak tanganku juga menggenggam dingin dengan merekat pada stang motorku. Masih merangkul dinin yang jelas hampir melumpuhkan kerja tulang dalam badanku. Melemas lunglai dibuatnya. Tapi aku nikmati. Angin ini sejuk sebenarnya. Ketika aku dalam bahagia yang selalu menarik bibirku untuk tersenyum manis.
”assalamualaikum..”, aku mengucap salam di ujung pintu kelasku.
Lalu, teman-temanku yang masih dapat aku hitung jumlahnya menjawab salamku dan kemudian tersenyum.
”pagi Hanii..”, sapa salah satu temanku.
”pagi juga Rehann”, balasku dengan senyum.
Aku kemudian meletakkan tas dan barang-barang bawaanku di mejaku.
”pagi, malaikat tahajudku..”, salah satu teman wanitaku menyapa.
”pagi peri senyumku,,”, balasku lagi dengan senyum yang semakin melebar.
”aku mau makan, kau mau ikut?”, tanyanya dengan nada mengajak.
”sepertinya tidak, tadi aku sudah sarapan karuu.. kau saja sana!”, jawabku.
”okelah..”, ucapnya sembari melangkahkan kakinya menuju kantin.
Aku membuka binderku. Melihat beberapa catatan yang aku rangkum semalam. Yah. Semalam aku baru sempat merangkumnya, dan belum sempat membacanya dan mengunci rapat-rapat dalam kepalaku. Aku sedang asyik bergumam dengan diriku sendiri untuk  menghafal ketika handphoneku bergetar, ’assalamualaikum malaikat semangatku J pagi yang cerah yaa, sukses buat kamu hari ini! ’. Pesan singkat dari laki-laki yang sedang menghuni relungku saat ini. Yah. Dia motivatorku. Pemberi energi untukku setiap hari dengan kata-kata dan senyumannya yang menghangatkan. Aku hanya tersenyum melihat pesan singkat yang ia kirimkan kepadaku pagi ini, dan kemudian melanjutkan kegiatanku memahami si Bio.
”Hann..”, teriak temanku diujung pintu.
”kenapa beta?”, tanyaku menatapnya.
”dipanggil..”
”sama siapa?”
”your prince evaa”
“eh? Iyaa sebentar”
Aku lalu mengahampirinya. Bukankah ia baru saja mengirimkanku sebuah pesan singkat. Baru bebeapa menit lalu bukan? Dia memang selalu mengejutkanku dengan caranya.
“haloo..”, sapaku manja.
“hey, ceria sekali kamu?”, tanyanya padaku dengan sedikit senyumnya yang ia tabur.
”iya apa? Biasa saja rasanya. Kamu kali seneng ngeliat aku ya?”, ledekku padanya.
”eh? PD banget kamu! Lagi ngapain tadi?”
”tadi? Aku sedang memahami si Bio. Perlu kesabaran yang super untuk memahaminya ternyata.”
“oh? Iya kah? Sabar. Perlahan juga dia nyaman di kepalamu. Sabar dong. Rebut hatinya..”
“rebut hatinya?”
“iyaa, kamu kan lagi pdkt sama Bio, ayoo rebut hatinya sampai dia bener-bener jadi teman dekat kamu!”
“pdkt? Emangnya kamu ke aku! Hehehe”
“eh? Dibalikin lagi! Dasar..”
“eh, kamu gag masuk kelas?”
“sebentar lagi. Kamu ngusir aku? Gag suka ya aku ajak ngobrol?”
“ihhh, bukan gitu maksudnya! Suudzan mulu ah!”
”hehehe, bercanda kali.. Ajarin aku dong!”
”ajarin apa?”
”matematika. Kamu kan jago tuh! Ayoo dong..”
”Ayoo! Dengan senang hati akunya! Kapan kapan kapan?”
”eh eh? Semangat banget neng! Disekolah aja. Pulang sekolah. Kan pulangnya kamu aku anter!”
”ahah. Aku gag mau ah anter jemput. Aku mau sendiri aja“
“ihh, kok gitu? Kamu malu ya?”
”bukan malu. Tuh kan. Kamu mah suudzan mulu ah! Yaudah terserah aja”
”iya iya sayang. Aduh. Ambekan ah”
”eh? Kemu manggil aku apa tadi? Dih! Gag tau malu!”
”sayang. Emang kenapa? Gag ada yang denger kan? Kamu doang ini yang denger. Udah yaa, aku ke kelas dulu.. Yang pinter yaa..”, ia kemudian pergi. Sebelumnya ia menyempatkan mengunyam kepalaku dengan hangat. Dasar laki-laki!
”iyaa iyaa. Kamu juga ya!”
Lalu aku meyakinkan langkahku masuk kedalam kelas. Senyum-senyum sendiri. Yah. Beginilah aku setiap kali berjumpa dengan subhanallahku.
”ciyee Hanii senyum senyum mulu nih!”. ledek salah satu teman laki-lakiku di kelas.
”eh? Apa sih? Hehehe”, tegasku.
”kenapa emang si Hani?”, tanya temanku yang lain.
”biasa. Abis diajak ngobrol sama prince-nya. Hahaha, ya Han ya?”
”apaan si! Woooo!!”
”idih, si Hani.. ketawa-tawa mulu!”
”sirik aja sih ya..”
Mereka terus meledekku dengan puasnya. Biarkan saja. Lucu rasanya ketika aku seperti itu. Seperti anak kecil yang baru ertama kali rsanya merasakan jatuh cinta.
Aku kemudian mengikuti pembelajaran hari ini dengan penuh semangatnya. Motivatorku itu berhasil membuatku dapat energi lebih karena senyumnya tadi.
Kau motivatorku. Bukan cintaku. Aku sayang padamu sama seperti ciptaanNya yang lain. Namun kau kini menjadi fitrah itu. Aku tak ingin lebih. Biarkan saja Allah yang menuntun kita. Menuntun dalam jalan yang indah. Layaknya Fatimah dengan sang khalifah, Ali.

No comments:

Post a Comment

PANDEMIC. Kapan selesainyaaa ?

 Hai. Salam Sehaaat. Sekarang 19 Agustus 2021. Sudah lewat 1 tahun lebih covid menyerang negara kita yang tenang nan bahagia. HAHA. Sadar ga...